nadia

nadia
nadia

Minggu, 19 Desember 2010

manfaat komunikasi antar pribadi

Komunikasi Antarpriadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa erbal, terutama yang bersifat lisan di dalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyuman tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala. Komunikasi antara pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face). Sebagaian komunikasi antarpribadi memang memiliki tujuan, misalnya apabila seseorang datang untuk meminta saran atau pendapat kepada orang lain.

Akan tetapi, komunikasi antar pribadi dapat juga terjadi relatif tanpa tujuan atau maksudu tertentu yang jelas, misalnya ketika seseorang sedang bertemu dengan kawannya dan mereka lalu saling bercakap-cakap dan bercanda. Konsep “jalinan hubunangan” (relatinoship) sangat penting dalam kajian komunikasi antar pribadi.

Dalam hubungan ini, dicakup setidaknya ada enam tahap atau tingkatan hubungan, antara lain:

a. Initiation, Pada tahap ini, masing-masing partispan saling membuat kalkulasi atau menaksir-naksir satu sama lain, dan mencoba mengupayakan penyesuaian-penyesuaian. Wujud dari penyesuaian di sini misalnya, tersenyum, menganggukkan kepala, saling memperkenalkan diri, dan mengucapkan kata-kata yang bersifat sopan-santun atau basa-basi. Hubungan akan dilanjutkan ataukah tidak tergantung pada situasi yang berkembang kemudian.

b. Eksplorasi. Pada tahap ini, partisipan saling berusaha mengetahui karakter orang lain, misalnya minat, motif, dan nilai-nilai yang dipegang. Wujud dari eksplorasi ini, misalnya, partisipan saling mengajukan pertanyaan tentang kebiasaan, pekerjaan, atau mungkin tempat tinggal.

c. Intensifikasi. Pada tahap ini partisipan saling bertanya kepada diri sendiri apakah jalinan komunikasi diteruskan apa tidak. Kendatipun intensifikasi ini pada umumnya sulit diamati, namun yang menentukan apakah jalinann komunikasi diteruskan apa tidak adalah keyakinan akan manfaat dari jalinann komunikasi yang terbentuk atau setidaknya aktifitas komunikasi yang berlangsung. Semakin diyakini manfaat yang diperoleh maka akan semakin berlanjut jalinan hubungan atau komunikasi yang berlangsung.

d. Formalisasi. Pada tahap ini partisipan saling sepakat mengenai hal-hal tertentu, yang kemudian terformalisasikan ke dalam berbagai tingkah laku, misalnya, berjanji untuk saling bertemu lagi, menandatangani kontrak bisnis atau saling bercumbu. Sampai sejauh ini hubungan berjalana lancar dan harmonis.

e. Redefinisi. Pada tahap ini jalinan hubunbgan dan komunikasi yang ada diharapkan pada persoalan-persoalan barui dan silih berganti seiring dengan perjalanan waktu. Kecenderungan kembali saling menaksir-naksir satu dengan lain, membuat kalkulasi-kalkulasi baru tentang hubungan yang telah berjalan menjadi dominan. Hasil dari kalkulasi ulang ini akan menentukan apakah hubungan yang harmonis selama ini akan tetap harmonis ataukah akan menghadapi persoalan yang semakin berat.

f. Hubungan yang memburuk (deterioration). Gejala semakin memburuknya hubungan adakalanya tidak disadari---sepenuhnya oleh partisipan komunikasi. Penyesuaian-penyesuaian telah senantiasa dicoba untuk diupayakan namun, di dalam kenyataan, tidak selalu berhasil. Hal demikian terutama dikarenakan adanya perubahan struktur-struktru kepentingan, power, dan orientasi partisipan yang saling berinterakis dengan situasi eksternal.

2 komentar: