nadia

nadia
nadia

Senin, 27 Desember 2010

siapakah tokoh idola yang nadia banggakan ???

Sosok idola yg aku idolakan yaitu mamah. Sebab mamaLah yg slalu ada buat aku, selalu ada dalam suka dan duka. Hanya mama tempatku berbagi dan bercerita semua masalah yg aku hadapi. mama slalu kuat dan tegar jika papa slalu marah atau bahkan tidak diomonginnya. aku sangat bangga mempunyai seorang mama seperti mamaku saat ini. dimataku mama sangat hebat, sebab semuanya beliau kerjakan sendiri, mulai memasak sampe mengurus rumahpun beliau lakukan sendiri. tapi aku sebagai anak yang sangat sayang sm orang tua. aku tidak rela melihat mamaku kerja begitu berat seorang diri.
Pokoknya mama is the best for me.
Mama I Luv U..
Hidupku hanya buat mama dan aku akan membahagiakan mama sampai akhir hayat mama..

Miss U so Much Mom..


from:Nadia luv Mom

Minggu, 19 Desember 2010

kumupulan referensi

1.Harga Diri ( Self Esteem )

Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad)  mengemukakan bahwa: “….self esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.

Menurut pendapat beberapa ahli tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.

Orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak (siswanya), melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan  harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasiltator.

Akhmad Sudrajad mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordan et. al. 1979)


2. Pengungkapan diri (Self disclouser)


Membuka diri terhadap orang lain (self disclosure) itu ibarat mata uang, memiliki dua sisi. Di satu sisi berarti memasuki hubungan yang lebih matang. Di sisi lain, terdapat risiko dicemooh dan dikhianati. Bagaimanapun, self disclosure merupakan isyarat berkembangnya hubungan yang sehat yang perlu dikelola.

Kadang-kadang kita dibuat kagum oleh seseorang yang dengan sangat terbuka dapat menceritakan apa saja yang ia pikirkan, rasakan, dan inginkan. Meskipun banyak kesulitan atau kekurangan, hidup seolah dirasa sebagai hal yang ringan, dan dilakoni tanpa beban.

Kita dapat menjadi lebih nyaman berinteraksi dengan pribadi seperti itu. Karena ia terbuka, kita pun dapat menjadi lebih terbuka, dan akhirnya relasi berlangsung lebih akrab dan saling percaya.

Namun, pada kesempatan lain kadang terjadi sebaliknya. Kita justru merasa muak dengan seseorang yang terlalu membuka diri sampai ke hal-hal yang sangat pribadi, yang menurut kita tidak pantas untuk diceritakan kepada orang banyak.

Sebut saja namanya Mr. X, kepada teman-teman di luar lingkungan kantor ia menceritakan bagaimana kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di kantornya: bahwa proyek di departemennya itu hanya 20 persen yang dioperasionalkan, dan 80 persen lainnya dibagi-bagi di antara pimpinan dan karyawan tertentu, termasuk dirinya. Ia menceritakan hal itu bukan didasari oleh keprihatinan karena ia sendiri senang menerima bagian.

Pada saat lain, Mr. X menceritakan bahwa ia sedang ada janji dengan seorang bos untuk sama-sama pergi ke tempat praktik seorang paranormal demi keperluan tertentu. Bukan untuk urusan penyakit atau gangguan lain, tetapi buat melancarkan suatu tujuan yang tidak ia ceritakan. Cerita tersebut di lingkungan orang-orang yang hidup dengan budaya penuh etika bukannya menimbulkan simpati, malah menghasilkan cemoohan.

Hal ini juga terjadi dalam percakapan yang semula akrab antara sopir taksi (pria) dengan penumpang wanita. Pada akhir percakapan, si penumpang yang semula senang mendengar kisah sehari-hari sopir taksi akhirnya merasa terhina karena dia belakangan membanjirinya dengan kisah keberhasilan berkencan dengan beberapa wanita penumpang taksinya.

Di samping kondisi positif dan negatif seperti digambarkan di atas, ada kondisi lain yang dapat kita jadikan referensi untuk menentukan kapan dan bagaimana sebaiknya kita membuka diri.

Di sebuah perusahaan, Lisa (bukan nama sebenarnya) nyaris mengalami PHK setelah hampir setahun bekerja. Pasalnya, bukan karena ia tak punya kemampuan atau melakukan penyimpangan, tetapi karena adanya masalah keluarga yang mengganggu, sehingga kinerjanya sebagai asisten manajer sangat merosot.

Selama masalah itu berlangsung Lisa sangat gelisah, tetapi tidak berani bercerita kepada atasan karena merasa tidak pantas membicarakan persoalan pribadi dengan orang kantor. Singkat cerita, ketika ia mendapat teguran atasan, akhirnya ia memberanikan diri bercerita, dan akhirnya atribusi atasannya berubah.

Manajer itu kembali menaruh kepercayaan atas kemampuan Lisa, dan ia sendiri terus memberikan dukungan dalam mengatasi persoalan Lisa. Akhirnya Lisa dapat bekerja lebih tenang karena dimengerti keadaannya. Dengan atasan, meski tetap formal, berkembang pula relasi personal yang memberikan rasa nyaman.

Di balik kisah-kisah di atas secara sepintas kita dapat menemukan bahwa keterbukaan diri diperlukan, terutama dalam hubungan-hubungan jangka panjang (persahabatan, perkawinan, pekerjaan, dan sebagainya), dan bahwa perlu ada aturan main tertentu agar keterbukaan diri itu bersifat konstruktif.

De Janasz, Dowd, dan Schneider (2002) dalam bukunya Interpersonal Skills in Organizations memberikan informasi mengenai bagaimana membuka diri, manfaat, serta hal-hal yang menghambat.

Hal yang Diungkapkan
Ada rambu-rambu dalam pengungkapan diri agar hubungan menjadi efektif:

* Lebih mengungkapkan perasaan daripada fakta. Bila kita mengungkapkan perasaan terhadap orang lain, berarti kita mengizinkan orang lain mengenali siapa kita sesungguhnya. Misalnya, informasi bagaimana kita mengembangkan hubungan dengan saudara-saudari kita membuat orang lain memahami kita, daripada sekadar memberikan informasi bahwa kita memiliki saudara.

* Semakin diperluas dan diperdalam. Mungkin kita masih mengalami perasaan tidak nyaman berbagi pengalaman dengan seseorang yang seharusnya dekat dengan kita. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan hubungan ke arah yang lebih dalam (lebih mengungkapkan perasaan terhadap isu tertentu) dan diperluas (dengan mendiskusikan berbagai isu, seperti pekerjaan, keluarga, pengalaman religius, dan sebagainya).

* Fokus pada masa kini, bukan masa lampau. Bila berbagi pengalaman soal masa lalu menjelaskan mengapa dulu kita melakukan tindakan tertentu adalah bersifat katarsis (melepaskan ketegangan), tetapi dapat meninggalkan perasaan bahwa kita lemah. Hal ini terjadi terutama bila keterbukaan tidak berlangsung timbal balik. Jadi, lebih baik kita fokus pada situasi sekarang.

* Timbal balik. Kita harus selalu mencocokkan tingkat keterbukaan kita dengan tingkat keterbukaan orang yang kita jumpai. Hati-hati, jangan terlalu membuka diri secara dini, sebelum melewati masa-masa pengembangan hubungan yang familier dan saling percaya. Di sisi lain, bila diperlukan, tidak perlu menunggu orang membuka diri. Jangan takut untuk memulai langkah penting membangun hubungan. Berikan contoh, dan orang lain akan menyesuaikan diri. Bila orang tidak merespon secara seimbang, hentikan langkah tersebut.

Banyak Manfaat
Keterbukaan diri memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara kedua pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan diri orang lain, kita dapat meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan orang lain.

Secara rinci manfaatnya adalah:

* Meringankan. Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Misalnya, cerita tentang ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang. Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan membuka diri, kita memperoleh tambahan perspektif yang membantu diri sendiri melihat titik frustrasi dari sudut pandang orang lain.

* Membantu validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita. Dengan sudut pandang sendiri, kita mungkin cenderung menggunakan ukuran yang idealistis menurut diri sendiri. Bila kita mengomunikasikan hal tersebut dengan seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dapat dipercaya, dan pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan, tetapi juga informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang kita perlukan agar memahami dunia secara lebih realistis.

* Mengurangi tegangan dan stres. Bila kita menghadapi ketegangan atau stres karena suatu hal, bila tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya, bila diungkapkan kepada orang lain, kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan tidak mendapat jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak sendirian. Hal ini justru dapat membuat kita menjadi lebih dekat dengan orang lain dan menambah rasa nyaman pada saat itu maupun dalam relasi selanjutnya.

* Meringankan fisik. Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh positif pada pikiran (akibat pengungkapan diri), berakibat pada fisik. Berbagi atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stres kita berkurang, kecemasan berkurang, dan meredakan juga detak jantung dan tekanan darah. Dengan kata lain, pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik, selain emosi.

* Alur komunikasi yang lebih jelas. Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain, dan menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan kemampuan untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan demikian, kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna dari orang lain. Adanya umpan balik lewat diskusi terbuka, kekaburan dalam komunikasi diminimalkan.

* Mempererat hubungan. Bila antarekan lebih saling mengenal satu sama lain, terjadi efek timbal balik: keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri, tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilkan kerja sama. Di dalam organisasi, kerja sama dan saling percaya ini menentukan inovasi yang sangat penting agar tetap survive dan mampu berkompetisi.


3. Kesadaran Diri (Self Aware)


Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif .

Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).

Referensi


  • (en) Communication Works. Seventh Edition, by Teri Kwak Gamble dan Michael Gamble.
  • (id) Psikologi Sosial, Jilid 1. Edisi ke-10. Oleh Roberta A. Baron dan Donn Byrne. Penerbit Erlangga
  • (id) Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Oleh Drs. Jalaluddin rakhmat M.sc. Penerbit PT Remaja Rosdakarya - Bandung.


Sikap positif menunjang efektivitas komunikasi antarpribadi

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi

interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi

inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi

yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.

Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan

komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan

mengakibat kegagalan komunikasi

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi

interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

y

Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi

inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi

yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.

Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan

komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan

mengakibat kegagalan komunikasi.

y

Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang

positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:a . Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;b .

Merasa stara dengan orang lain;c . Menerima pujian tanpa rasa malu;d . Menyadari,

bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak

seluruhnya disetujui oleh masyarakat;e . Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup

mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi

antarpribadi, yaitu:

1. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin

sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai

orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan

yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga

memperoleh nilai akademis yang baik.

2. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada

saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang

diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila

konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima

pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

3. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication

apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya

rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang

sehat menjadi perlu.

4. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri

mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif),

bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat

(ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan

(penyandian selektif).

Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik

seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak

semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional.

Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal

yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita

cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita

berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan

gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci

akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan

menghindari komunikasi.

Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang

lain.H ubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang

untukmengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi

dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta

komunikasi. Miller (1976) dalamE xplorations in Interpersonal Communication,

menyatakan bahwa ´Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan

simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara

serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak

yang terlibat dalam hubungan tersebut.´

Lebih jauh,J alaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam

komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:a .

Percaya;b . sikap suportif; danc . sikap terbuka.

Daftar pustaka

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth

Publishing Company.

Referensi Latar belakang mempengaruhi kerangka berpikir

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi pada saat ini sangatlah penting. Pilihan penggunaan sarana transportasi sangat beragam jenisnya, misalnya sarana angkutan darat dengan menggunakan bus, sarana angkutan laut dengan menggunakan kapal laut, dan sarana angkutan udara dengan menggunakan pesawat udara. Salah satu pilihan sarana angkutan darat untuk mempermudah dan mempercepat jarak tempuh adalah dengan menggunakan sepeda motor.

Pada saat ini kebutuhan sepeda motor bagi masyarakat sangat vital mengingat tingginya kemacetan yang ada di jalan raya, sehingga salah satu alternatif untuk mempermudah dan kelancaran untuk mencapai suatu tujuan di dalam kota, maka sepeda motor merupakan salah satu pilihan yang tepat. Permintaan masyarakat terhadap sepeda motor terus mengalami peningkatan, hal ini memberikan peluang bagi para produsen sepeda motor untuk melakukan inovasi dari produk yang dihasilkannya. Setiap produsen selalu memproduksi sepeda motor dengan desain-desain yang terbaru sesuai dengan keinginan konsumen.

Jenis sepeda motor yang sangat digemari konsumen selama ini adalah jenis sepeda motor bebek. Namun pada saat ini, beberapa produsen sepeda motor telah memproduksi dan memasarkan jenis sepeda motor matic. Salah satu produsen yang telah meluncurkan jenis sepeda motor matic adalah merek Yamaha Mio. Sebelum Mio hadir, pasar matic di Indonesia relatif tidak berkembang. Dalam tiga tahun Kymco, sang matic pioneer, hanya bisa menjual rata-rata 10.000 unit per tahun tetapi Yamaha kemudian berhasil melakukan penjualan sepeda motor Mio sebanyak 25.000 unit per bulan. Pada tahun 2006, Yamaha mampu meraih penjualan sekitar 360.000 unit Mio atau rata rata 30.000 unit per bulan (Mix Marketing Xtra, Maret 2007).
Produsen sepeda motor Yamaha menciptakan kategori baru, yaitu motor matic untuk perempuan, segmen yang sebelumnya tidak pernah secara khusus dilirik oleh para pemain di industri sepeda motor. Setelah berhasil membidik segmen ini, Yamaha kemudian memperluas pasar Mio ke segmen laki-laki dengan meluncurkan Mio Sporty. Pasar sepeda motor matic di Indonesia sebelumnya tidak berkembang karena ada persepsi bahwa sepeda motor matic mahal karena teknologinya memang mahal. Untuk mematahkan pesepsi itu, Yamaha berani menanam investasi yang cukup besar investasi ini untuk menyamakan harga Mio dengan motor manual.
Persaingan diantara para produsen sepeda motor matic di Indonesia pada saat ini sangat kompetitif. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya produk-produk sepeda motor matic yang sejenis dihasil oleh Honda dan Suzuki. Honda dan Suzuki yang sebelumnya berkonsentrasi pada sepeda motor bebek, akhirnya menambah lini produknya (new product line) dengan memproduksi jenis sepeda motor matic dengan merek Vario dan Spin. Dari segi iklan, baik Vario maupun Spin tampaknya bermaksud meluaskan pasar. Ini bisa dilihat dari model iklan yang dipakai. Berbeda dengan iklan Mio yang hanya menampilkan wanita, iklan Spin melibatkan pria dan wanita. Iklan ini bermaksud menimbulkan keinginan dari pria dan wanita untuk memakai Spin.

Iklan Vario juga berupaya meluaskan pasar ke konsumen pria. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan model wanita dan pria yang diharapkan lebih mengena ke masing-masing segmen atas dasar jenis kelamin.
Tindakan yang dilakukan pesaing dari sepeda motor Mio dari segi penggunaan model iklan tidak diambil diam oleh produsen sepeda motor Yamaha. Serangan balik yang dijalankan Mio adalah dengan iklan. Pertama, iklan komparatif (comparative ads) yang membandingkan Mio dengan pesaingnya. Ciri iklan ini menonjolkan keunggulan mereknya. Kedua, iklan Mio juga telah menggunakan pria sebagai model iklannya.
Salah satu dealer resmi sepeda motor merek Yamaha di kota X adalah PT. X. Trend penjualan sepeda motor merek Yamaha Mio selama Januari 2007 hingga Desember 2007 terus mengalami fluktuasi, bahkan konsumen harus melakukan pemesanan (indent) terlebih dahulu baru mereka dapat membeli produk tersebut. Di samping itu dealer tersebut juga lebih suka melayani konsumen yang membeli sepeda motor merek Yamaha Mio dengan kredit. Data penjualan sepeda motor merek Yamaha Mio dan penjualan sepeda motor sejenisnya yang dihasilkan oleh produsen lainnya dari bulan Januari hingga Desember 2007 di kota X adalah sebagai berikut.



Keberhasilan sepeda motor merek Yamaha Mio meraih jumlah penjualan yang tinggi mengalahkan pesaing-pesaingnya di sepeda motor jenis matic tidak terlepas dari upaya produsen sepeda motor Yamaha untuk merespon tuntutan konsumen, baik dalam hal pelayanan maupun faktor lainnya, seperti memperhatikan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian baik dalam memilih produk, memilih jenis, penentuan saat pembelian, maupun tempat dimana produk tersebut harus dibeli.

Salah satu tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada calon konsumen yang merasa sangat membutuhkan produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran atau mereka yang berkecimpung dalam bidang pemasaran untuk memahami tentang perilaku konsumen. Apabila perusahaan mampu memahami perilaku konsumen, maka perusahaan tersebut akan mampu bersaing, bertahan bahkan mengungguli para pesaingnya.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga, dan promosi terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. X?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga, dan promosi terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. X.
2. Untuk mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. X.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi produsen sepeda motor merek Yamaha dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio.
2. Sebagai menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas X, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen.
3. Sebagai menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, khususnya mengenai perilaku konsumen dan keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang.

1.5. Kerangka Berpikir/Landasan Teori
Salah satu tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Hal ini sangat penting bagi seorang manajer pemasaran atau mereka yang berkecimpung dalam bidang pemasaran untuk memahami tentang perilaku konsumen.
Dengan memahami perilaku konsumen, maka perusahaan dapat mengembangkan produk, menentukan harga, menentukan tempat/lokasi, kegiatan pelayanan dan mempromosikan produknya secara lebih baik. Disamping itu pula perusahaan akan dapat memahami tentang adanya peluang yang baru untuk menentukan kebutuhan dari konsumen yang merasa belum terpenuhi, yang selanjutnya memudahkan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi mengenai cara untuk mengadakan segmentasi pasar.
Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa "Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan".
Selanjutnya Engel, Blackwell dan Minard (2001) menyatakan bahwa "Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabisi produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini".
Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk jasa relatif sama dengan ketika mengkonsumsi produk yang bersifat bukan jasa. Menurut Lovelock (2002), konsumen juga dihadapkan pada suatu proses memilih, proses ketika terjadi konsumsi, dan proses setelah konsumsi jasa. Berkaitan dengan konsumsi produk atau jasa terdapat 3 (tiga) tahap yang akan dilalui oleh konsumen, yaitu :
1. Tahap Sebelum Pembelian
Konsumen akan menggali informasi tentang produk serta mendefinisikan tingkat kebutuhannya terhadap produk. Setelah mengindentifikasi kebutuhan dan kemungkinan mencari alternatif pilihan terhadap produk maka langkah selanjutnya adalah : melakukan evaluasi terhadap beberapa alternatif produk yang ditawarkan oleh produsen.
2. Tahap Proses Pembelian
Pada tahap ini konsumen telah dan sedang menilai manfaat yang sedang dirasakan dari produk yang dikonsumsi. Produsen telah berupaya mewujudkan keinginan konsumen atau pelanggan tersebut.
3. Tahap Setelah Pembelian
Pada tahap ini konsumen telah mengkonsumsi produk, yang dilanjutkan dengan melakukan penilaian tentang manfaat yang dirasakan dari produk tersebut. Jika produk tersebut memberikan manfaat maka akan terjadi proses pembelian kembali. Sebaliknya, jika produk tersebut tidak menguntungkan, maka akan mempengaruhi keputusan pembelian berikutnya.
Aktivitas atau proses sebelum pembelian, proses pembelian, dan proses setelah pembelian produk atau jasa erat berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Adanya faktor-faktor tersebut tidak menutup kemungkinan pihak konsumen melakukan keputusan pembelian atau bahkan tidak melakukan keputusan pembelian. Faktor pengaruh pembelian yang bersifat eksternal dan internal tersebut menjadi bagian yang berperan dominan.
Kotler (2000) membagi faktor-faktor pengaruh perilaku menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kultural, sosial pribadi, psikologi, dan pembeli itu sendiri, Subkelompok kultural memiliki sub kelompok kultur, subkultur, dan kelas sosial. Sedangkan faktor sosial terdiri atas subkelompok referensi, keluarga, peran, dan status. Faktor psikologis terdiri dari subkelompok motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, dan sikap.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen berkaitan dengan proses pembelian menurut Berkowitz (2000) adalah sebagai berikut : faktor psikologi (psychological influences) dengan subfaktor terdiri dari motivasi, personality, persepsi, belajar, nilai, kepercayaan, sikap, serta gaya hidup (lifestyle); Faktor situasional (situational influences) meliputi subfaktor sosial, situasi, waktu ; Faktor sosial budaya (sociocultural influences) meliputi subfaktor pengaruh individu, referensi kelompok, keluarga, sosial, budaya ; Faktor bauran pemasaran (marketing mix influences) dengan subfaktor produk, harga, promosi, serta distribusi produk.

1.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka dihipotesiskan sebagai berikut ; gaya hidup, kelompok acuan, produk, harga, dan promosi berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha Mio di PT. X.

Bagaimana mempengaruhi kerangka berpikir

Sebagai Contoh dibawah ini :

Pengertian variabel

Variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai.Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka

RAGAM VARIABEL

1. Keragaman Variabel Menurut Kedudukan Atau Fungsinya

Variabel pengaruh adalah variabel yang keberadaanya dalam kerangka berpikir bersifat menentukan atau mempengaruhi variabel terpengaruh

variabel terpengaruh adalah variabel yang keberadaanya senantiasa dipengaruhi atau tergantung pada tiap-tiap atau keseluruhan variabel-variabel pengaruh.

2. Keragaman variabel menurut skala pengukurannya

variabel diskrit yaitu variabel-variabel yang hanya dapat diukur dengan skala nominal dan variabel continuous yaitu variabel yang dapat diukur dengan menggunakan skala-skala: ordinal, interval maupun rasio.

Skala nominal

Yang dimaksud skala nominal adalah skala pengukuran yang hanya menunjukan perbedaan tanpa jarak yang jelas. Kepada variabel tersebut dapat diberi nilai skor, tapi skor tersebut hanya menunjukkan kode perbedaan dan bukannya menunjukkan jarak (lebih besar, lebih tinggi).

Skala ordinal

Berbeda dengan skala nominal skala ordinal adalah skala pengukuran yang disamping menunjukkan perbedaan juga menunjukkan jenjang atau tingkatan tetapi jarak antar skala atau jenjang/skala tidak sama.

Pengukuran skala ini juga dapat menggunakan nilai skor, tapi skor yang diberikan juga tidak boleh dijumlahkan, dikurangkan, dibagi atau dikalikan

Skala interval dan rasio

Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak jika dibanding dengan jarak lain sedang jarak itu diketahui dengan pasti.

Skala rasio adalah skala perbandingan. Skala ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan ”sekian kali”

3. Pengukuran definisi variabel dan pengukurannya

Yang dimaksud dengan definisi variabel adalah pengertian yang diberikan kepada setiap variabel penelitian termasuk indikator parameternya.

Berdasarkan banyak nilai, ada variabel dikotomi (dua nilai) atau politomi (banyak nilai). Sedangkan dalam penelitian variabel dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) variabel bebas dan tidak bebas, (2) variabel aktif dan atribut, dan (3) variabel kontinyu dan diskret.

Berkaitan dengan penetapan ukuran-ukuran tersebut ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan ”ethic” yang dikembangkan peneliti dengan konsep atau pandangan diluar obyek yang diteliti, dan pendekatan ”emic” yang dikembangkan dari obyek yang diteliti atau menurut ukuran yang disepakati oleh obyek peneliti itu sendiri.

Tujuan berinteraksi dengan orang lain

yaitu proses pertukaran informasi diantara seorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yg dapat langsung dketahui balikannya.

tujuan berinteraksi dengan orang lain :

a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.

c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

e. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

Bagaimana teori Johari Window memandang Konsep Diri

JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )

Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut.

Johari Window memandang Konsep Diri sebagai Komunikasi yg digunakan dalam kegiatan sehari-hari yg dilaksanakan individu berhubungan erat dengan prilaku itu sendiri. Komunikasi jg berkaitan dengan asumsi manusia.

JOHARI WINDOW memiliki 4 konsep dalam teorinya..

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita.